JAKARTA (Reuters) – Pertumbuhan ekonomi tahunan Indonesia mungkin melambat menjadi 4,37% tahun depan sebagian karena dampak pengetatan moneter domestik, gubernur bank sentral negara (BI) mengatakan pada sidang parlemen pada hari Senin.
Dalam rapat kebijakan pekan lalu, BI mempertahankan perkiraan pertumbuhan PDB 2022 yang bias ke ujung atas 4,5% hingga 5,3%.
Gubernur BI Perry Warjiyo memberikan perkiraan PDB sebagai bagian dari pembahasan dengan DPR tentang anggaran bank sentral 2023.
Warjiyo mengatakan sulit untuk memprediksi indikator ekonomi karena volatilitas ekonomi global, menambahkan bahwa angka tersebut dapat didiskusikan lebih lanjut dengan anggota parlemen.
Gubernur juga menyampaikan prakiraan inflasi utama 6,11% untuk akhir 2022 dan 3,61% untuk akhir 2023. Presentasinya menunjukkan angka inflasi 2022 adalah perkiraan BI pada 3 November.
Warjiyo pekan lalu mengatakan BI memperkirakan tingkat inflasi utama 5,6% pada akhir tahun.
Dia tidak menjelaskan mengapa angkanya berbeda dan juru bicara BI tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Pekan lalu, BI menaikkan tingkat kebijakan utamanya untuk pertemuan bulanan keempat berturut-turut dalam sebuah langkah yang bertujuan menahan ekspektasi inflasi, yang menurut Gubernur “terlalu tinggi”. Secara total BI telah menaikkan suku bunga sebesar 175 basis poin sejak Agustus.
Tingkat inflasi headline tahunan Indonesia mendingin menjadi 5,71% di bulan Oktober, tetapi tetap mendekati level tertinggi dalam tujuh tahun di 5,95% di bulan September.
Target inflasi BI berada pada kisaran 2% hingga 4%.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan pada hari Jumat inflasi dapat melambat lebih lanjut bulan ini menjadi 5,5%.
Warjiyo diperkirakan akan memaparkan pedoman kebijakan BI untuk tahun 2023 pada pertemuan tahunan dengan para pemangku kepentingan keuangan pada 30 November.
(Laporan Stefanno Sulaiman; Penulisan Gayatri Suroyo; Editing Ed Davies)